blog-resensi

Tuesday, March 30, 2010

NUKLIR UNTUK PERDAMAIAN ATAU SEBUAH ANCAMAN?


SENTIMEN IDEOLOGIS DALAM “PERANG NUKLIR” AS-IRAN*

Judul Buku : Perang Nuklir?
Penulis : Muhammad Alcaff
Penerbit : Zahra Publishing House, Jakarta
Tahun Terbit : I, September 2008
Tebal Halaman : 208 halaman
Peresensi : Mustatho’


Tidak banyak kebijakan luar negeri yang menimbulkan kemarahan dan emosi di Amerika Serikat seperti yang terjadi dalam hubungan AS dengan Iran. Hubungan AS-Iran yang memburuk sejak revolusi Islam Iran 1979 semakin meruncing dengan kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinan George W. Bush atas dakwaan pengayaan Uranium Iran untuk program teknologi Pembangkit Nuklir di bawah Presiden Iran Ahmadinejad.

Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, Iran menjelma sebagai simbol perlawanan terhadap hegemoni Barat, AS dan kroninya. Ia mengulang fenomena Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tahun 1960-an dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad pada musim 1990-an. Ketiganya berdiri pada visi yang sama, yakni kemandirian pemerintahan dan ketidaktergantungan pada negara lain. Keemohan Soekarno untuk hutang luar negeri misalnya, adalah bertujuan membangun pemerintahan berdasarkan ekonomi kerakyatan nasionalnya, Mahathir Muhammad dengan ide persatuan negara Islam di bidang moneter, dan Ahmadinejad dengan kemandirian negara dan perjuangan mengawal ruh revolusi Islam Iran tahun 1979.

Kini di setiap saat terdengar berita-berita menarik tentang berbagai kemajuan Iran di bidang sains dan teknologi. Gagasan revolusioner tentang pembangunan Negara berdasar energy nuklir dikukuhkan pada 9 April 2007. Pada tanggal tersebut kemudian oleh pemerintahan Republik Islam Iran secara resmi dikukuhkan sebagai Hari Nasional Energi Nuklir. Berangkat dari persoalan inilah yang menjadi pemantik perseteruan yang tidak pernah terselesaikan dalam konstalasi hubungan AS-Iran sampai kini.

Perang ideologis atau keamanan dunia?

Bagi Presiden terpilih Amerika Serikat, Barrack Obama, krisis AS-Iran adalah krisis warisan yang telah ada semenjak Pemerintahan Jimmy Carter, Ronald Reagan, George Bush, Clinton, maupun George W. Bush. Krisis yang telah terbuka sejak tujuh belas tahun setelah diplomat-diplomat AS ditawan di Teheran. Semenjak saat itu, Amerika Serikat terus-menerus mempertahankan kondisi darurat nasional dengan Iran, memutus hubungan diplomatik dengan Teheran pada 1980, dan di tahun 1984 menempatkan Iran dalam daftar pendukung terorisme. Tak syak kemudian Presiden AS yang disebut paling belakangan, George W. Bush, menabuh gendang perang terhadap semua aktifitas Nuklir dan militer Iran.

Di permukaan, yang tampak dari krisis AS-Iran ini merepresentasikan sebuah perang budaya dan ideologis antara dua sistem politik dan pemerintahan yang berbeda. Namun krisis AS-Iran bisa dinilai bias kepentingan antara sentimen ideologis dan kekawatiran hegemoni tradisional baru yang bisa tumbuh di tanah Persia itu. Pada 1993, Menteri Luar Negeri Warren Cristoper menggemakan kembali pernyataan Cliton “kami melihat tindakan Iran –dengan program Nuklir- sebagai ancaman besar bagi Amerika Serikat dan keamanan internasional, dan kami berniat untuk menghentikan mereka” (pidato Presiden Clinton dalam Konggres Yahudi Dunia 1992, dikutip dari Washington Pos 26 Maret 1992).

Sebaliknya, kebijakan AS atas pelarangan program Nuklir Iran, ditanggapi dengan dinging oleh pemerintahan mullah ini. Bagi mereka teknologi Nuklir sangatlah efektif untuk kemandirian nasional. Di bidang kedokteran misalnya, teknologi Nuklir memainkan peranannya yang tidak dapat dipungkiri, untuk menentukan dan mendiagnosis sejumlah penyakit serta penyembuhannnya, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, juga dalam kedokteran hewan, bahan-bahan radio aktif nuklir mampu untuk meningkatkan mutu hewan. Untuk itulah rakyat Iran bergeming dengan slogannya “Energi hasteh’i haqqi musallomi mo” (Energi Nuklir adalah hak kami yang sah). (h.121)

Mengenai program pengembangan teknologi nuklir Iran ini, sang Presiden Ahmadinejad, menegaskan bahwa teknologi ini bertujuan "damai" dan tidak akan mengancam pihak manapun. Juga, Iran tidak akan menyebabkan ketidakadilan bagi setiap orang dan bangsa lain, sementara pada saat yang sama Iran tidak akan tunduk kepada ketidakadilan melalui politik hegemoni Barat.

Bagi negara Iran, penguasaan teknologi nuklir sangat strategis guna pengembangan dan kemajuan negara mereka. Kebijakan politik luar negeri Iran, terkait dengan krisis Nuklirnya, berhasil mengubah persepsi dunia akan pola superioritas AS. Krisis hubungan AS-Iran menjadi simbol perjuangan rakyat Iran menentang hegemoni Barat. Krisis Nuklir yang ada sekaligus menjadi ujian bagi rakyat dan pejabat pemerintahan Iran untuk mengukur seberapa besar tekad mereka membela kemandirian politik luar negeri negaranya.

Di tengah krisis dunia saat ini, buku ini serasa ramuan pengobatnya. Dengan resep kemandirian dan kedaulatan negara, Iran mampu menjadi contoh bagaimanakah sebuah negara memilih keluar dari krisis. Meskipun terkesan arogan, sikap Iran tidak bisa disalahkan secara total, kecuali dengan bukti tertentu kepemilikan teknologi Nuklir Iran mengancam perdamaian dunia. Pada akhirnya, buku ini bisa disebut sebagai buku sejarah negara Republik Islam Iran, melalui model kebijakan negara Iran dan kemandiriannya bisa menjadi inspirasi bagi negara lainnya, utamanya Indonesia. Buku ini seakan menyambut peralihan kekuasaan di Amerika Serikat, terkait kebijakan luar negerinya antara model kepemimpinan Presiden George W. Bush dan Presiden baru Barrack Hussein Obama. Selamat Membaca!

*Resensi Lama (2008) yang diupload kembali, tanpa penyesuaian konteks dan peristiwa terbaru.

Mustatho’, Dosen STAIS Kutai Timur, Kaltim.
Alamat Asal : Pon-Pes Al-Musthofa, Prambontergayang, RT. 02 RW 11, Soko,Tuban
Current Address: Kampus STAIS Kutai Timur, Singakarta, Sengata Utara, Kutai Timur
Hp. 0815 7878 5376/ 081254447281
Blog. http//mustathok.blogspot.com
Email. tatok.m@gmail.com

Labels:

Saturday, December 5, 2009

BUMI ETAM - KENANGAN DENGAN MAHAKAM


IMAGING WARUNG KOPI DI KOTA YANG SEDANG MEKAR
Sangatta dalam dekapan perjalanan malam 2 jam

Hujan masih menyisakan ritik-rintik kecilnya. Bau aspal yang dari siang tadi menyengat hidung para pengguna jalan Sengata-Bontang, malam itu hanya terkesan membeku, tak lebih kuat dari angin malam yang bergerak gontai mengusung dan menyebarkan dinginnya ke hampir semua penduduk Jl. Yos Sudarso. Tak pelak, banyak pemilik rumah di kanan kiri jalan utama kota Sengata itu memilih menutup rapat-rapat pintu rumah mereka guna mengusir dingin yang terus menyayat.

Hujan mencipta dingin; dingin mencipta sepi, dan sepi menghapus semua harap dari toko-toko dan warung yang betebaran mengapit jalan kota sengata; membayangkan ada pengunjung, pun satu malam itu seakan tidak mungkin, alih-alih berharap lebih. Namun semua suasana lengang yang hampir membisu itu tak sangggup bergeming dalam kebisuannya ketika suara knalpot motor vespa produksi tahun 94 yang seharusnya diistirahkan majikannya itu menderu-deru menyisir sepanjang jalan Yos Sudarso, Sengata Utara.

“Kawan, kita menghangatkan malam ini di Swarga bara aja, sxan bersikap elitis dengan seumur-umur mencoba sekali ngopi dengan harga 50 rb secangkirnya disana”, celoteh awak sambil tetap focus mempehatikan jalanan yang licin karena air hujan yang belum kering benar.

“Ah Kawan, dicoba aja emang tidak ada salahnya”, timpal Kawan lama awak (Samsul Bahri) yang saat itu semingguan menjalani kehidupannya di Sengata Kutai Timur.

Memang, dingin malam itu seakan membenarkan semua tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengusirnya. Tak heran café bintang, dan tempat remang-remang lain disudut kota Sengata tampak dipenuhi mobil-mobil mahal dari para pekerja perusahaan yang ada di Sengata. Fortuner, strada, everest, memang menjadi pemandangan biasa yang bisa ditemui melintasi jalanan kota sangatta disetiap menitnya; namun jika mobil-mobil mahal itu terparkir rapi di remang-remang kelas ekonomi itu baru ada malam mini. Tak ayal dingin mengalahkan gengsi dan nurani, mengusirnya dengan bagaimanapun cara.
Namun kami memilih bersikap wajar, hanya sedikit menaikkan tensi dengan mengkonsumsi kopi yang biasanya 5000 satu cangkirnya, malam itu sengaja memilih kopi mahal; 50.000 satu gelasnya. “ya seperti inilah kawan, swarga bara (town hall) yang di design oleh perusahan tambang batu bara besar disini, KPC. Ini adalah bukit yang dijadikan lokasi mess untuk para pekerja KPC itu”. Ujarku.

“wah kawan, kok sudah pada tutup warungnya”, ujar kawan Sam, “yang ada hanya toko minuman dingin, sementara kopi dan jahe hangat pasti tidak adanya”. Lanjutnya.
“iya kawan, baiknya kita meluncur turun lagi, menelusuri Sengata, mencari warung kopi yang mungkin masih buka”, tawarku.

Bunyi knalpot Vespa bututku kembali memecah sunyi malam, menggerus kebekuan yang dicipta hujan. Menyusur hati-hati aspal jalan kota Sengata yang belum hilang licinnya. Sengata memang tidak seperti kota-kota lainnya, terlebih jangan anda bandingkan dengan kota di Jawa. Ibu kota dari kabupaten Kutai Timur ini adalah kota baru yang sedang mekar. Pemakaran Kutai Timur terjadi pada medio tahun 1999 dari kabupaten Kutai Kartanegara. Tak heran sampai akhir tahun 2009 ini, kota Sangatta terkesan kusam sebagai akses dari pembenahan kota.

Turun dari Swargabara, motor vespa kami menyusur jalan Yos Sudarso III, melintasi Pasar Teluk Lingga sampai pertigaan jalan pendidikan. “cittt…cittt…”, terkadang rem kaki motor vespa dengan bodi bercat biru tua itu tiba-tiba aku injak dan membuat kaget kawan Sam yang aku bonceng dibelakang. “ada apa kawan?”, tegur kawan Sam. “gak kawan, kirain tadi warung kopi”, tandasku. “santai aja kawan, biar saya yang memelototi setiap warung yang ada, nanti pasti juga ketemu warung kopi”, pikir kawan sam optimis.

Laju Motor vespa memasuki jalan Yos Sudarso II, jalan antara pertigaan jalan pendidikan sampai pertigaan jalan Apt.Pranoto. “belum ada juga kawan, warung kopinya”, informasi dari kawan Sam dari belakang. “Bagaimana kalau kita ngopi di warung mbah yang esok tadi kita singgahi?”, tawarku. “siap kawan”, kawan sam mengiyakan.

“Ringkasnya kawan, kota Sengata ini sebagai kota yang sedang mekar membutuhkan warung kopi untuk menemani laju pertumbuhannya. Lihat sepanjang jalan yang kita lewati tadi, tidak ada satupun warung yang menspesialisasikan diri sebagai warung kopi. Padahal populasi warga Sengata ini konon yang dominan adalah orang Jawa. Bandingkan dengan di daerah Jawa sendiri, hampir-hampir dapat dipastikan di setiap sudut jalan ada warung kopi; setidaknya itu yang aku perhatikan dari kota Gresik, Lamongan dan kota tempat lahir kawan tatok sendiri; Tuban”, ujar kawan Sam diplomatis.

“Iya kawan”, selaku. “Ingat kawan, warung kopi juga bisa menjadi dalih pengalih kelesuan dan tempat melepas penat bagi para karyawan Perusahaan-perusahaan besar di sini setelah mereka bekerja seharian di PT mereka; Thiees, KPC, Pama, dan lain-lain. Dari sisi lebih positif warung kopi bisa mengalihkan kecenderungan dan konsentrasi massa yang saat ini suka njajan di remang-remang”, imbuh kawan Sam dengan berapi-api.

Perjalanan malam, 2 jam menyusuri jalan sepanjang kota Sengata itu memang tidak membuahkan hasil. Kami berkesimpulan bahwa perlu ada investasi modal untuk mendirikan warung kopi di Kota Sengata. “Tugas kita kawan, adalah membuat proposal ke Pemda Kutai Timur untuk mendirikan warung kopi, sekaligus menghindarkan masyarakat dari kecenderungan maksiat”. Kawan Sam mempungkasi pembicaraaan.
“Warung Kopi dan Usaha Menghindarkan Maksiat warga Kutai Timur”. Sangat masuk akal, pikirku.

Ditulis sebagai Kata Penghantar Kepergian Kawan Samsul Bahri kembali ke Lombok, setelah seminggu sama-sama meminum air Mahakam di Kutai Timur, Kaltim.- 05 – 12- 09.

(MUSTATHO’)
-------- S E K I A N WASSALAMU’ALAIKUM WR WB-------

Labels:

Thursday, July 23, 2009

FIKSI-POP-TRILLER NOVEL



MOMOK CASANOVA
Mustatho’*

Judul Buku :Killing Her Softly
Pengarang : Beverly Barton
Penerbit :Dastan Books
Tahun Terbit : I, Juni 2008
Tebal Buku : 600 halaman.

Lulu Vanderley, gadis cantik, periang dan berasal dari keluarga kaya dari Mississippi ditemukan tewas di kamarnya. Sangat sedikit bukti yang dapat mengarahkan kematiannya sebagai kasus pembunuhan. Kematian Lulu sealami kematian biasa; gagal pernafasan. Bagaimana mungkin Lulu bisa dibunuh? Tidak ada seorangpun yang tidak mencintainya. Lulu Venderley adalah gadis yang menyenangkan, sahabat yang asyik dan ceria. Dalam diri Lulu yang ia kenal, tidak pernah ada sedikitpun niatan untuk sengaja menyakiti orang lain, kecuali jika kebebasan jiwa yang dimiliki Lulu untuk menjalani hidup sebebas-bebasnya dan menikmati semua kesenangan yang ada di depannya dianggap kesalahan.

Mengingat Lulu Venderley bagi Quinn Cortez adalah melihat bayangan dirinya dalam cermin. Lulu Venderley adalah penjelmaan dirinya (Quinn Cortez) dalam versi wanita. Lulu tidak pernah ditolak oleh seorang priapun, sebagaimana dirinya tidak pernah ditolak oleh wanita manapun. Lulu menikmati laki-laki sama halnya dengan ia menikmati wanita. Aturan main yang mereka jalankan juga tidak jauh berbeda. Tidak ada ikatan, setiap orang memainkan permainan yang adil. Tidak ada janji-janji dalam hubungan, apalagi cinta. Semuanya hanya dilandaskan kebutuhan biologis semata, selebihnya tidak ada. Namun kenapa justru kini kematian Lulu dituduhkan kepadanya? Dia dan Lulu yang mempunyai kesamaan aturan main?. Atau mungkinkah Lulu telah melibatkan dirinya dengan seseorang yang telah menolak aturan mainnya selama ini? Apakah seseorang telah memutuskan jika mereka tidak dapat memiliki Lulu secara eksklusif, lalu tidak ada orang lain yang dapat memilikinya?


* * *

Novel Killing her Softly karya Beverly Barton ini bisa disebut sebagai karya sastra realis yang berkisah tentang dua kutub ekstrim manusia, antara keindahan cinta dan seni hidup yang ada pada sosok Casanova baru yang hadir dalam diri Quinn Cortez, dengan kebengisan hidup dan kekajaman penghiyanatan yang terekam dalam diri seorang Jace Morgan. Antara Quinn Cortez seorang pengacara ternama di Houston, yang semua keinginan hidupnya mampu ia capai dengan Jace Morgan yang sedari lahir mengalami kepahitan hidup. Kebahagiaan Cortez adalah kepahitan Morgan, pada akhirnya memaksanya untuk mengambil semua yang dimiliki Cortez. Quinn Cortezpun terperosok ke dalam kasus pembunuhan yang menimpa kekasihnya – tepatnya, satu diantara sekian kekasihnya yang pernah ada. Pembunuhan terhadap Lulu Venderley menjebaknya sebagai seorang tersangka utama.

Sosok Annabelle adalah karakter diakronis yang melampaui kedua kepentingan ekstrim ini. Dalam diri Annabelle jelas membutuhkan cinta dari seorang Quinn Cortez, namun di sisi lain Annabelle datang untuk menuntut balas atas kematian Lulu. Konflik cinta dan kebencian dimulai ketika Annabelle yang datang ke wilayah kepolisian Memphis untuk menuntut balas tidak dibekali informasi yang cukup tentang sosok pembunuh Lulu yang oleh kepolisian wilayah Memphis di arahkan kepada Quinn Cortez. Tak heran kebencian Annabelle kepada Quinn sebagai pembunuh sepupunya, mendadak dipertanyakannya kembali oleh dirinya sendiri, seketika setelah dengan tidak sengaja justru dirinya diselamatkan oleh Quinn Cortez dari sergapan para pemburu berita. Hatinya menolak, bahwa Quinn Cortez yang ada dihadapannya adalah pembunuh sepupunya, Lulu. Cortez adalah sosok berbeda dengan bayangan pembunuh yang telah ia tanamkan dalam benaknya sebelumnya. Sebagai wanita, Ia membutuhkan apa yang oleh setiap wanita butuhkan, terserap dan meleburkan diri dalam pesona Quinn. Bahkan kalau saja Quinn tidak menjadi tersangka dalam pembunuhan sepupunya, ia merasa Quinn sangat ideal didamba oleh semua wanita, mungkin juga termasuk dirinya.

* * *

Menyusul Lulu Vanderley, satu persatu, sejumlah wanita cantik ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Pembunuhan dilakukan dengan cara membekap korban dengan bantal, sampai mereka tewas. Setiap pembunuhan memiliki ciri yang sama, yakni jari tengah korban hilang dimutilasi. Kecurigaan kepolisian Memphis semakin mengarahkan pelaku pembunuhan pada sosok Quinn Cortez. Quinn kini bagi kepolisian adalah Casanova pembunuh, identifikasi forensic menunjukkan bahwa semua para korban ternyata adalah mantan kekasih Quinn. Apalagi ia mengaku tidak ingat apa-apa saat setiap pembunuhan terjadi.

Berpacu dengan waktu, Quinn Cortez dibantu dengan pengacaranya, Kendall Well berusaha menyingkap dan membuktikan bahwa dia tidak pantas dituduh sebagai seorang Casanova pembunuh. Setelah enam perempuan meninggal, bukti mengarahkan, pembunuhan dilakukan bukan oleh Quinn. Sang pembunuh ternyata adalah Jace Morgan, sosok imitasi dari Quinn, yang ternyata adalah anak dari Quinn sendiri. Jace hanya menginginkan pembunuhan yang dilakukannya adalah bentuk pembebasan bagi mereka, seperti Ibunya yang telah menjadi korban dari Quinn Cortez.

Novel ini, oleh sang penulis sendiri, Beverly Barton, disebutkan sebagai karya yang tidak pernah habis, ditulis dalam genre thriller romantic, sosok Quinn, sang Casanova, yang tidak pernah mengenal cinta, justru tertambat cintanya pada seorang Annabelle, yang ironisnya adalah musuhnya dalam hukum dan kasus yang ia hadapi. Beverley sendiri adalah penulis wanita best seller yang telah menghasilkan lebih dari tiga puluh novel romantis laris. Ia kerap memenangkan berbagai penghargaan, seperti Maggie Award, Reader’s Choice Award, dan Career Achievement for Series Romantic Adventure dari Romantic Times. Novel-novelnya telah terjual jutaan copy di banyak Negara.

Novel ini layak dikonsumsi siapa saja, mengingat pemakaian tulisan dalam bahasa tutur yang lugas, cerdas, dan menegangkan. Novel ini sekaligus menjadi pemantik terlahirnya karya-karya novel Beverly selanjutnya. Diilhami dengan karakter-karakter tokoh pelengkap di dalam novel ini, Baverly kemudian menghasilkan novel suspense romantisnya dengan judul Close Enough to Kill yang terilhami dari karakter Jimmi Norton, sang detektif dalam buku ini.

*Mustatho’,
Blog. http://mustathok.blogspot.com
Email. tatok.m@gmail.com

PETA POLITIK INDONESIA



DI BAWAH KUASA NEO-LIBERALISME

Judul Buku : Catatan Hitam 5 Presiden Indonesia (Sebuah Investigasi 1997-
2007).
Pengarang : Ishak Rafick
Penerbit : Ufuk Publishing House
Cetakan : I Januari 2008
Tebal Buku : 422 halaman
Harga : 99.900
Peresensi : Mustatho*)

Kenapa Indonesia begitu gusar dengan krisis keuangan dunia saat ini?. krisis yang dimulai dengan jatuhnya saham keuangan di Wall Street akibat kebangkrutan Lehman Brothers –bank investasi terbesar nomor empat di Amerika Serikat, menyebabkan runtuhnya kepercayaan investor secara drastis. Indeks Dow Jones terperosok di bawah kisaran 10.000, amat jauh dibawah level psikologisnya. Lalu apa hubungannya dengan perekonomian di Indonesia?

Secara teoritis, meskipun krisis keuangan Amerika dampaknya tidak bersifat langsung pada perekonomian di Indonesia, namun kewaspadaan pemerintah sangatlah beralasan. Indikasi jatuhnya harga saham di pasar modal dan melemahnya nilai tukar rupiah dapat ditelisik ke dalam bangunan sejarah ekonomi kita. Dari manakah konsep perekonomian yang menopang pembangunan bangsa ini?

Buku Catatan Hitam 5 Presiden Indonesia (Sebuah Investigasi 1997-2007) karya Ishak Rafick –seorang jurnalis senior ini, meskipun membahas beragam permasalahan kepemimpinan dan pembangunan bangsa Indonesia, tapi sangat jelas bahwa analisis Ishak bertitik tolak pada system perekonomian yang dijalankan oleh lima kepimpinan terakhir bangsa Indonesia. Sebagai catatan bahwa landasan perekonomian Indonesia sampai saat ini adalah hasil karya dari para sarjana Ph.D ekonomi didikan Amerika.

Apa yang ingin dikatakan oleh Ishak dalam bukunya adalah kaitan antara tradisi pemikiran ekonomi Indonesia dengan Amerika Serikat. Bahwa tradisi pembangunan di Indonesia sampai lima Presiden terakhirnya adalah tradisi yang sangat diwarnai dengan Negara, tempat sebagian besar ekonom Indonesia pernah belajar dan mempeoleh gelar. Mafia Barkeley, menjadi pemasok ide atas bangunan perekonomian Indonesia. Blunder besar bagi Negara Indonesia ini dimulai dari pemerintahan Soeharto yang menyerahkan desain ekonominya kepada ahli-ahli ekonomi didikan Amerika ini. Mereka inilah yang kemudian mewarnai system ekonomi Indonesia ala Amerika. Dengan mengimpor semua produk pemikiran ekonomi Amerika Serikat tanpa adanya crossing dengan berbagai school of thought ekonomi yang ada, guna menimbang kekuatan dan kelemahannya. Lahirlah kemudian kerjasama dengan IMF, lembaga donor dunia seperti Bank Dunia, dan badan-badan lainnya yang justru menjadi beban Indonesia saat ini.

Buku ini juga sekaligus koreksi atas sejumlah kemajuan dalam bidang ekonomi di Indonesia yang ternyata meninggalkan persoalan serius. Di era Orde Baru, Indonesia dapat dikatakan mengalami perbaikan ekonomi, namun di sisi lain kebijakan pembangunan Indonesia saat itu justru menguras energi masa depan bangsa. Eksploitasi besar-besaran sumber daya alam (Minyak bumi, hutan dan sumber enerdi lain) tidak diwaspadai dan tidak ada pengaturan yang tegas.

Negara Indonesia setelah Orde Baru kemudian sangat tertinggal dengan Negara Asia lain. Hal ini karena sikap mental para pemimpin warisan Orde sebelumnya. Tidak seperti pemimpin-pemimpin Asia lainnya seperti Goh Keng Swee dan Lee Kwan Ye (Singapura), Mahathir Muhammad dan Daim Zainudin (Malaysia), Park Chung Hee (Korea), ataupun Deng Xiao Ping / Jiang Zemin dan Zhu Rongji dari Cina yang memiliki mental dan sikap intelektual yang mandiri, Pemimpin Indonesia cenderung tidak memiliki mental dan sikap intelektual serta kepercayaan diri berhadapan dengan kebijakan-kebijakan Internasional. Pemimpin-pemimpin Indonesia secara mental dan sikap intelektual sangat menggantungkan diri pada belas kasihan dari pendonor hutang.

Investigasi Ishak secara detail menyuguhkan fakta adanya tarik menarik kepentingan dalam penyusunan kebijakan ekonomi, antara pemerintahan nasional dan kepentingan internasional. Sejak pemerintahan Habibie, Gus Dur, Megawati sampai SBY-Kalla saat ini. Sangat jelas bahwa kepentingan internasional “menggagahi” dan menentukan arah dan kebijakan ekonomi nasional, pada akhirnya peranan lembaga-lembaga Internasional seperti IMF dan Bank Dunialah yang menang dan menentukan arah serta kebijakan ekonomi Indonesia.

Pula melalui buku ini, para pembaca dapat menemukan berbagai penyimpangan dan kondisi real kebobrokan dari hampir semua sistem pemerintahan indonesia. Pada akhirnya, buku ini bisa disebut sebagai panduan dan bekal menata Indonesia ke depan. Fakta bahwa ada intrik-intrik internasional yang ikut bermain dalam penentuan kebijakan Negara kita dapat kita waspadai. Setidaknya membaca alur geraknya melalui buku ini. Buku ini sekaligus bisa dijadikan acuan dalam menilai kepemimpinan Indonesia 2009 nanti.

Mustatho
Email. tatok.m@gmail.com
Blog. http//mustathok.blogspot.com

Labels:

OBAMA AND NEW WORLD PRESPEKTIVES





OBAMA AND NEW WORLD PRESPEKTIVES
Title Book : To Where Obama goes?
Writer : David Olive
Original Title : An America Story: The Speeches Barrack Obama of: A Primary
Published by : Zahra Publishing House Jakarta
Edition : I August 2008
Thick : 272 pages

Do not only American Public but also world, surprised by victory of Barack Obama whose capable to win conversion election of president of Democrat party excel competitor the core important Hillary Rodham Clinton in tight convention during its five management months. Obama gets voice significant equal to 2.122 abysmal delegation of minimum boundary amount of delegation which qualify Democrat, namely equal to 2.118 delegation. Whereas Hillary Clinton only can obtains 1.925 delegation. Senator of Illinois which is birth in Honolulu Hawaii 46 years ago even also walks to become single candidate President of America Federal of Democrat
Now, the World is awaiting at election of President of United States which is planed and performed in 4 November 2008. Will world is surprised again, by chosen Barrack Obama as President United States?. To American History, Obama’s achievement was become United States president candidate of a dusky skin citizen even also have carved history, more is becoming of first one people in White House, defeating President candidate and most rival of him from Party Republic, John McCain? It is of course that this time will become historic event which is very important, not only for Barrack Obama –a boy, dusky skin which have lived in Jakarta with its stepfather, Lolo Soetoro, but also to United States citizen which is very envision renewal promised by first a dusky skin president candidate of United States (USA)
This book by pure entitle An America Story: The Speeches Barack Obama of : A Primary, a masterpiece of Canadian journalist, David Olive, is a group of unique oration of Barack Obama which capable to awaken, not only for American people expectation, but also world expectation. mustered orations in this book at the same time winning him become single candidate of USA President from Democrat and become speech as pre-eminent candidate in occupying President of United States. Obama in this book submit reform detail and renewal which he address to American forwards covering educational, health, independence of energy and his international policy. It is what drawing and differentiating oration of Obama -precisely 20 mustered oration, in this book compared to with other President candidate orations, Particularly John McCain.
In deeds of Obama which is at least deputized with its orations which is composed in this book, taking side differ in coming near American souls citizen. Obama offers dream which during the time become dreams of American citizen and unite its nation expectation with association of American citizenship above all. Dreams about abolition of racism, repair of defend system in order to handling of terrorism and reinforcement of middle society economics. Obama also postures to differ from its competitor from Party Republic, John McCain which tends to maintain policy of governance of his predecessor, George W. Bush.
Most policy at variance with its competitor -John McCain, especially is in problem fight Iraq. Obama, though certain step weaken criticism fixed accept war in Iraq, but he frown on by conducted what governance of George W. Bush. Obama mention Bush with his war as fool war, madcap war which do not constitute with rational reason but only passion atmosphere, is not principle but politics. ( h.10). Criticism of Obama into Iraq invasion which do not constitute with rational idea, will only breeze fire the raging in the East [Islam], rather than is better, but oppositely will fish enragement of Arab worlds and strengthen team of al-Qaedah. Way of which ought to be taken in this invasion according to Barrack Obama must be in effective war by coordinated of soldiers, crosscut networks of financial which supporting terrorism, and strengthen defend system of home affairs.

A Middle Course of Obama
Among other difference of Obama policy different with John McCain is in political attitude. John McCain was politician of radical-conservative which lest in changing. Whereas Obama alone can be conceived as moderate politician. Accourding of substance ideas spectrum and which on the market, Barack Obama can be classified as moderating politician of liberal tradition in America. Or more simple he can be conceived as the way third politician, a middle course politician in tradition which have been blazed the way by Bill Clinton and of Tony Blair. Matter this is also differentiating Obama with many a dusky skin politician tending to chosen line of radical, either in is left (Jesse Jackson) and also in right ( Alan Keyes).
In developing American economics, he confess importantly roles of market mechanism, but he remain to wish to develop role of effective and healthy state. In religious life, he can sympathize to conservative clan, but he correct understands that tradition of secularism America is the sacral tradition of which must be continuous strenghtened. In linking difference of Democrat clan and clan of Republican, he wish to develop a vital of center, a consensus with bringing into contact creatively views which interfere in.
Very fair later, that all world expectation pinned to Obama. Expectation comes not only from American people, but new expectation also comes from Arab world. Do not less, Indonesia people even also some of circle do campaign through illusory world to support his victory. History of Obama which have time to stop by, remain and school in Indonesia precisely in SD Menteng, Jakarta Center this assessed to become root contiguity of Indonesia people with Obama
But that way this expectation it is of course have to fixed in fair corridor. This book guides up at how looking into Obama to the manner born. That excessive expectation can become boomerang very possible, particularly political communications of Barrack Obama which manifestly show its support to community of Israel merged into American Israel Public Affairs Committee ( AIPAC) for making sure of State security of Israel.
Herein after this book can become hold to assess minds of Obama and his steps forwards in order to reaching for first chair in State of Superpower American. Written by senior journalist Canadian with record write very frequent and high win various appreciation. Its articles at least have got eleven appreciations, like from National Magazine Awards, National Journalism Awards, and National Business Awards. Though this book is oration corps of Barack Obama, but integrating it in a unique corps and made it systematically into relevant issue-issue is not easy work, and writer of this book can do foxy it considerably. Orations of Barack in inserting with critical deliverer and comment, at the same time made it as direction to instruct reader to especial issue around oration of Obama which was written. World of Journalistic forge him become excellent writer. After many experiences in Business Magazine, Financial Post and National Post. The writer, David Olive, nowadays become business columnist in The Toronto Stars.

* Mustatho',
Blog. http//.mustathok.blogspot.com
Enamel. tatok.m@gmail.com

Labels:

Friday, July 17, 2009

PALESTINA MALANG



PALESTINA MALANG

Judul Buku : Jalan-Jalan di Palestina - Catatan atas Negeri yang Menghilang
Penulis : Raja Shehadeh
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tebal : 237 halaman
Cetakan : Pertama, 2008
Peresensi : Mustatho’

Wajah buram Palestina akhir-akhir ini semakin nyata menyeruap ke dalam benak kita. Di tengah agresi Israel yang tak kunjung berakhir. Seribu kepedihan belumlah setimpal dengan harga kepedihan warga Palestina. “Palestina yang malang, Palestina yang tercabik, Palestina yang porak-poranda”, ataupun sejuta untaian sajak, syair, puisi dan cercaan terhadap Israel, tidaklah cukup untuk menggambarakan kepedihan negeri para Nabi ini. Menjadi pertanyaan kemudian adalah apa yang sebenarnya dicari oleh para aggressor Zionis di tanah yang juga merupakan tanah suci mereka sendiri?.

Dalam sejarah agama-agama dunia, diakui bahwa di Negeri Palestina bernaung tiga situs agama besar dunia. Betlehem, diyakini umat Kristen sebagai tempat kelahiran Al Masih sang juru selamat. Juga terdapat Tembok Ratapan yang menjadi ibadah kaum Yahudi. Serta ada Masjidil Aqsa, tempat Nabi Muhammad melakukan Isra-Mikraj.

Dengan melihat Palestina kini yang hampir-hampir habis dicaplok oleh Israel, ke depan bisa diprediksikan, bahwa umat manusia bisa menyaksikan kenyataan bahwa Peta dunia segera berubah. Pembangunan pemukiman Israel dipaksakan di tengah-tengah teritori warga Paletina. Menjadi kenyataan yang pahit yang harus ditelan dalam-dalam oleh warga Palestina. Perumahan orang Palestina pun kian terlihat seperti ghetto—tempat penampungan zaman Nazi Hitler untuk kamp konsentrasi Yahudi. Dunia Palestina kian mengerut, sebaliknya dunia Israel mengembang, semakin banyak pemukiman dibangun, tebing-tebing dan wadi-wadi pun dihancurkan untuk memperjelas peta Negara Baru, Negara Israel.

Rangkaian kenyataan yang sungguh merupakan kepedihan yang mendalam bagi bangsa Palestina ini sebenarnya tidak terlepas dari permainan dari negara-negera Barat dan Amerika, yang seakan sengaja membiarkan Palestina terhapus dari peta dunia. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari sekian banyak perjanjian perdamaian antara Palestina dan Israel yang diprakarsai dunia Barat dan Amerika, namun selalu gagal dan dilanggar sendiri oleh Israel, tanpa ada sanksi yang tegas terhadapnya. Kemana Otoritas PBB?. Kemana Hukum internasional?

Narasi pilu tentang Israel inilah yang dituturkan oleh Raja Shehadeh, dalam bukunya yang berjudul Jalan-Jalan di Palestina - Catatan atas Negeri yang Menghilang ini. Buku ini hadir sebagai kisah nyata (true story) berdasar perjalanan hidup sang penulis selama 26 tahun. Shehadeh yang menjalani hidup sebagai saksi berbagai perubahan signifikan di Bumi Palestina, mulai dari perbukitan hijau yang hilang berganti dengan kota-kota baru produk Israel yang ia saksikan hari ini.
Buku yang memenangkan penghargaan Orwell Prize 2008, sebuah penghargaan untuk karya jurnalisme politik ini, dibagi kedalam enam bab, dan ditulis bertutur runtut sebagai sebuah persaksian sejarah. Catatan perjalanannya dimulai pada 1978 dan berakhir tahun 2006. Ditulis bertutur dengan konteks waktu dan berlatar sekitar perbukitan Ramallah, Jerusalem, dan Laut Mati.

Kumpulan enam kisah nyata ini dimulai dari lanskap antara Ramallah dan Harrasha, tempat Shehadeh lahir dan besar bersama keluarganya. Shehadeh memulai dari kisah masa kecil ketika dia pertama kali menatap langit dari tanah Palestina, menyaksikan bukit-bukit hijau yang masih belum parah dihancurkan oleh Israel. Sampai dengan kesaksiannya terhadap pembangunan permukiman Israel dengan berton-ton beton yang membelah-belah perbukitan dan menelan berhektar-hektar tanah yang asri itu.
Buku ini kemudian sekaligus menjadi alat perjuangan bagi sang penulis di sisa masa tuanya bersama rakyat Palestina untuk mempertahankan tanahnya. “Selama tiga decade, lebih dari setengah juta orang Yahudi ditempatkan di area seluas 5.900 km2. Tak sulit lagi untuk melihat kerusakan yang telah disebabkan oleh pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk menyokong kehidupan populasi yang begitu besar, berton-ton beton dituang untuk membangun kota-kota di bukit-bukit. Aku menyaksikan transformasi menyeluruh ini dari tempat di mana aku tumbuh besar. Wadi-wadi yang elok, mata-mata air, tebing-tebing dan reruntuhan kuno dihancurkan oleh mereka yang katanya jauh lebih mencintai negeri ini. Dengan menuliskan bagaimana rupa dan rasa negeri ini, aku harap bisa melestarikan, setidaknya dalam kata-kata, apa yang telah hilang selamanya,” ungkap Shehadeh (hlm. 13).

Raja Shehadeh, sang Penulis adalah seorang pengacara Palestina yang tinggal di Ramallah, sekaligus pendiri Al Haq (organisasi pelopor hak asasi manusia non-partisan), yang juga merupakan relasi Komisi Ahli Hukum Internasional.
Tak hanya menulis, Raja Shehadeh bahkan bertekad melawan pencaplokan Palestina lewat jalur hukum internasional. Dalam keadaan yang sulit dan serba terjepit, ia bertahan ketimbang pergi dari kotanya Ramallah. Shehadeh dalam bukunya ini juga mengungkapkan satu dokumen dari Masyarakat Eksplorasi Israel (The Israel Exploration Society) yang menginstruksikan para penelitinya untuk menyediakan dokumentasi konkret tentang kontinuitas benang historis yang tak terputus dari zaman Joshua bin Nun sampai hari-hari penaklukan Negev dalam generasi kita. “Demi mencapai ini generasi-generasi dari berabad-abad penghuni negeri Palestina ini harus dihapus dan disangkal. ‘’Dalam proses sejarah—sejarahku dan sejarah orang-orangku—dibengkokkan dan dipelintir,” (hlm 29).

Kesaksian Shehadeh dalam buku ini pun meraih pujian dari Koran The New York Times sebagai tulisan yang jujur dan penuh keterbukaan emosional. “hanya sedikit orang Palestina yang mau terbuka dengan kejujuran seperti yang dimiliki Raja Shehadeh”.

Mustatho’, Koordinator MataPena Cendekia
Sekolah Tinggi Agama Islam Sengata (STAIS) Kutai Timur
Hp. 0815 7878 5376
Blog. http//.mustathok.blogspot.com
Email. tatok.m@gmail.com

Labels:

PANGGUNG DUNIA AHMADINEJAD



PANGGUNG DUNIA AHMADINEJAD

Judul Buku : Ahmadinejad Menggugat
Penulis : Mahmud Ahmadinejad
Penerbit : Zahra Publishing House, Jakarta
Tahun Terbit : I, September 2008
Tebal Halaman : 384 halaman
Peresensi : Mustatho’


Tidak banyak kebijakan luar negeri yang menimbulkan kemarahan dan emosi di Amerika Serikat seperti yang terjadi dalam hubungan AS dengan Iran. Hubungan AS-Iran yang memburuk sejak revolusi Islam Iran 1979, semakin meruncing dengan dakwaan AS di bawah kepemimpinan George W. Bush atas dakwaan pengayaan Uranium Iran sebagai program Pembangkit Nuklir di bawah Presiden Iran Ahmaddinejad. Iran kemudian menjadi momok yang menakutkan bagi AS.

Di bawah pimpinan Ahmaddinejad sebagai presiden, Iran berhasil menjelma sebagai simbol perlawanan terhadap hegemoni Barat, AS dan kroninya. Ia mengulang fenomena Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tahun 1960-an dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad pada musim 1990-an. Sosok Ahmadinejad adalah orang yang sederhana yang dekat dengan "rakyat". Kemenangannya mengalahkan Hashemi Rafsanjani (sebagai penguasa Iran waktu itu) merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan, karena sudah dianggap tidak mungkin.

Menyamakan Ahmadinejad baik dengan Presiden RI pertama, Soekarno, maupun dengan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad, memang tidaklah berlebihan. Setidaknya, terdapat satu visi yang menyamakan antara ketiganya, yakni kemandirian pemerintahan dan ketidaktergantungan pada negara lain. Soekarno pernah menyatakan untuk membangun pemerintahan yang berdasarkan pada pembangunan ekonomi kerakyatannya, Mahathir Muhammad dengan ide persatuan negara Islamnya di bidang moneter, dan Ahmadinejad dengan kemandirian negara dan perjuangan mengawal ruh revolusi Islam Iran tahun 1979.

Salah satu cita-cita utama Revolusi Islam Iran sendiri adalah meningkatkan tarap hidup rakyat, khususnya kalangan menengah kebawah, dan mewujudkan keadilan sosial. Karena itu, pemerintahan Republik Islam Iran berusaha keras untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah, khususnya di era kepemimpinan Presiden Ahmadinejad, dengan mengeluarkan program pembagian “saham keadilan”, di mana setiap saham perusahaan-perusahaan negara dibagikan kepada kalangan masyarakat kalangan rendah untuk mengolahnya, yang kemudian keuntungannya akan dikembalikan pada mereka.

Tak bisa disangkal lagi, Ahmadinejad adalah Presiden Iran yang paling kontoversial sejak Revolusi Iran tahun 1979 di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini ini. Berbagai pernyataannya seputar nuklir dan Israel menyulut kemarahan sang Adikuasa, AS dan sekutunya. Pernyataan untuk tetap mempertahankan program pengayaan Uranium dan penghapusan negara Israel dari peta dunia sontak menjadi sorotan dunia, utamanya seteru mereka di Amerika. Meskipun mendapatkan ancaman embargo persenjataan dan ekonomi dari AS dan sekutunya, Ahmadinejad tetap bersikukuh pada pendirian dan menunjukkan kegigihannya untuk menentang tekanan-tekanan terhadap negaranya terkait program nuklir.

Ahmadinejad juga bukan orang dari kalangan elit yang dekat dengan kekuasaan, Dia adalah presiden yang tidak berasal dari kalangan Mullah yang menjadi status-quo selama beberapa tahun mendominasi hampir semua kekuasaan di Iran. tidak mempunyai jejak-rekam (track-record) sebagai politisi dengan sebagian sumber dana untuk meraih pucuk kekuasaan, tetapi hanyalah seorang revolusioner yang mampu merebut hati masyarakat dari tingkat akar rumput.

Ahmadinejad tak pelak merupakan politisi misteri dan penuh keajaiban. Hampir banyak orang tidak tahu secara rinci latar belakangnya sebelum menjadi Wali Kota Teheran pada Mei 2003, termasuk sebagai Gubernur Ardabil periode 1993-1997, jauh dari jangkauan sorotan media atau pun guratan pena para wartawan. Namun, setelah menjadi Wali Kota, barulah khalayak mengenal dari dekat prestasi yang mampu diraihnya selama menjabat dan menyukai kebijakan-kebijakan populisnya dengan membela kepentingan rakyat kecil di atas kepentingan kelompok elit.

Hal yang menarik dari putra kelahiran tanah pertanian Aradan, sekitar 100 km dari Teheran ini adalah konsep kesederhanaannya dalam birokrasi pemerintah sebagai kepala negara, jabatan presiden yang mulai diembannya pada 29 Juni 2005 ini, bukanlah kesempatan untuk mengambil peluang demi kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya. Tetapi semata-mata untuk kepentingan bersama, bangsa dan negara. Sikap sederhana ini telah tercermin jauh hari ketika Ahmadinejad menjabat sebagai Wali Kota Teheran, dengan tidak mengambil gajinya selama dua tahun dan rela hidup hanya dengan gajinya dari mengajar di Universitas Teheran.

Hal lain yang perlu dicontoh dari Presiden Islam Iran kesembilan ini adalah konsep yang digunakan ketika kampanye pencalonan dirinya sebagai Presiden Iran. Kubu yang mendukung terhadap percalonan dirinya tidak terlalu banyak memamerkan spanduk, umbul-umbul, stiker, dan sponsor-sponsor di media cetak maupun elektronik. Tetapi, Ahmadinejad lebih mendekati dan memberikan bantuan kepada rakyat kecil, walaupun diambilkan dari gajinya sendiri sebagai gubernur dan dosen pada sebuah perguruan tinggi. Juga tidak pernah membawa atribut jabatan kekuasaan pemerintahan dalam kepentingan pribadinya.

Mengenai program pengembangan teknologi nuklir Iran misalnya, Ahmadinejad menegaskan bahwa teknologi ini bertujuan "damai" dan tidak akan mengancam pihak manapun. Juga, Iran tidak akan menyebabkan ketidakadilan bagi setiap orang dan bangsa lain, sementara pada saat yang sama Iran tidak akan tunduk kepada ketidakadilan yang hadir melalui politik hegemoni Barat.

Bagi negara Iran, penguasaan teknologi nuklir sangat strategis bagi pengembangan dan kemajuan sebuah negara. Kebijakan politik luar negeri Iran terkait dengan krisis Nuklir, berhasil mengubah masalah ini menjadi simbol perjuangan rakyat Iran menentang hegemoni Barat. Krisis Nuklir menjadi ujian bagi rakyat dan pejabat pemerintahan Iran untuk mengukur seberapa besar tekad mereka membela kemandirian politik luar negeri negaranya.

Di tengah krisis dunia saat ini, buku ini serasa ramuan pengobatnya. Dengan resep kemandirian dan kedaulatan negara, Iran mampu menjadi contoh bagaimanakah sebuah negara memilih keluar dari krisis. Meskipun sebenarnya Buku ini bisa disebut sebagai buku biografi dari sang Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, dan buku sejarah negara Republik Islam Iran, namun model kepemimpinan dan kebijakan negara Iran bisa menjadi inspirasi negara lainnya. Buku ini seakan menyambut peralihan kekuasaan di AS terkait kebijakan luar negerinya di bawah pimpinan Presiden baru Barrack Obama.

Mustatho’, Koordinator MataPena Cendekia
Sekolah Tinggi Agama Islam Sengata (STAIS) Kutai Timur
Hp. 0815 7878 5376
Blog. http//.mustathok.blogspot.com
Email. tatok.m@gmail.com

Labels: