blog-resensi

Friday, July 17, 2009

PANGGUNG DUNIA AHMADINEJAD



PANGGUNG DUNIA AHMADINEJAD

Judul Buku : Ahmadinejad Menggugat
Penulis : Mahmud Ahmadinejad
Penerbit : Zahra Publishing House, Jakarta
Tahun Terbit : I, September 2008
Tebal Halaman : 384 halaman
Peresensi : Mustatho’


Tidak banyak kebijakan luar negeri yang menimbulkan kemarahan dan emosi di Amerika Serikat seperti yang terjadi dalam hubungan AS dengan Iran. Hubungan AS-Iran yang memburuk sejak revolusi Islam Iran 1979, semakin meruncing dengan dakwaan AS di bawah kepemimpinan George W. Bush atas dakwaan pengayaan Uranium Iran sebagai program Pembangkit Nuklir di bawah Presiden Iran Ahmaddinejad. Iran kemudian menjadi momok yang menakutkan bagi AS.

Di bawah pimpinan Ahmaddinejad sebagai presiden, Iran berhasil menjelma sebagai simbol perlawanan terhadap hegemoni Barat, AS dan kroninya. Ia mengulang fenomena Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tahun 1960-an dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad pada musim 1990-an. Sosok Ahmadinejad adalah orang yang sederhana yang dekat dengan "rakyat". Kemenangannya mengalahkan Hashemi Rafsanjani (sebagai penguasa Iran waktu itu) merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan, karena sudah dianggap tidak mungkin.

Menyamakan Ahmadinejad baik dengan Presiden RI pertama, Soekarno, maupun dengan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad, memang tidaklah berlebihan. Setidaknya, terdapat satu visi yang menyamakan antara ketiganya, yakni kemandirian pemerintahan dan ketidaktergantungan pada negara lain. Soekarno pernah menyatakan untuk membangun pemerintahan yang berdasarkan pada pembangunan ekonomi kerakyatannya, Mahathir Muhammad dengan ide persatuan negara Islamnya di bidang moneter, dan Ahmadinejad dengan kemandirian negara dan perjuangan mengawal ruh revolusi Islam Iran tahun 1979.

Salah satu cita-cita utama Revolusi Islam Iran sendiri adalah meningkatkan tarap hidup rakyat, khususnya kalangan menengah kebawah, dan mewujudkan keadilan sosial. Karena itu, pemerintahan Republik Islam Iran berusaha keras untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah, khususnya di era kepemimpinan Presiden Ahmadinejad, dengan mengeluarkan program pembagian “saham keadilan”, di mana setiap saham perusahaan-perusahaan negara dibagikan kepada kalangan masyarakat kalangan rendah untuk mengolahnya, yang kemudian keuntungannya akan dikembalikan pada mereka.

Tak bisa disangkal lagi, Ahmadinejad adalah Presiden Iran yang paling kontoversial sejak Revolusi Iran tahun 1979 di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini ini. Berbagai pernyataannya seputar nuklir dan Israel menyulut kemarahan sang Adikuasa, AS dan sekutunya. Pernyataan untuk tetap mempertahankan program pengayaan Uranium dan penghapusan negara Israel dari peta dunia sontak menjadi sorotan dunia, utamanya seteru mereka di Amerika. Meskipun mendapatkan ancaman embargo persenjataan dan ekonomi dari AS dan sekutunya, Ahmadinejad tetap bersikukuh pada pendirian dan menunjukkan kegigihannya untuk menentang tekanan-tekanan terhadap negaranya terkait program nuklir.

Ahmadinejad juga bukan orang dari kalangan elit yang dekat dengan kekuasaan, Dia adalah presiden yang tidak berasal dari kalangan Mullah yang menjadi status-quo selama beberapa tahun mendominasi hampir semua kekuasaan di Iran. tidak mempunyai jejak-rekam (track-record) sebagai politisi dengan sebagian sumber dana untuk meraih pucuk kekuasaan, tetapi hanyalah seorang revolusioner yang mampu merebut hati masyarakat dari tingkat akar rumput.

Ahmadinejad tak pelak merupakan politisi misteri dan penuh keajaiban. Hampir banyak orang tidak tahu secara rinci latar belakangnya sebelum menjadi Wali Kota Teheran pada Mei 2003, termasuk sebagai Gubernur Ardabil periode 1993-1997, jauh dari jangkauan sorotan media atau pun guratan pena para wartawan. Namun, setelah menjadi Wali Kota, barulah khalayak mengenal dari dekat prestasi yang mampu diraihnya selama menjabat dan menyukai kebijakan-kebijakan populisnya dengan membela kepentingan rakyat kecil di atas kepentingan kelompok elit.

Hal yang menarik dari putra kelahiran tanah pertanian Aradan, sekitar 100 km dari Teheran ini adalah konsep kesederhanaannya dalam birokrasi pemerintah sebagai kepala negara, jabatan presiden yang mulai diembannya pada 29 Juni 2005 ini, bukanlah kesempatan untuk mengambil peluang demi kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya. Tetapi semata-mata untuk kepentingan bersama, bangsa dan negara. Sikap sederhana ini telah tercermin jauh hari ketika Ahmadinejad menjabat sebagai Wali Kota Teheran, dengan tidak mengambil gajinya selama dua tahun dan rela hidup hanya dengan gajinya dari mengajar di Universitas Teheran.

Hal lain yang perlu dicontoh dari Presiden Islam Iran kesembilan ini adalah konsep yang digunakan ketika kampanye pencalonan dirinya sebagai Presiden Iran. Kubu yang mendukung terhadap percalonan dirinya tidak terlalu banyak memamerkan spanduk, umbul-umbul, stiker, dan sponsor-sponsor di media cetak maupun elektronik. Tetapi, Ahmadinejad lebih mendekati dan memberikan bantuan kepada rakyat kecil, walaupun diambilkan dari gajinya sendiri sebagai gubernur dan dosen pada sebuah perguruan tinggi. Juga tidak pernah membawa atribut jabatan kekuasaan pemerintahan dalam kepentingan pribadinya.

Mengenai program pengembangan teknologi nuklir Iran misalnya, Ahmadinejad menegaskan bahwa teknologi ini bertujuan "damai" dan tidak akan mengancam pihak manapun. Juga, Iran tidak akan menyebabkan ketidakadilan bagi setiap orang dan bangsa lain, sementara pada saat yang sama Iran tidak akan tunduk kepada ketidakadilan yang hadir melalui politik hegemoni Barat.

Bagi negara Iran, penguasaan teknologi nuklir sangat strategis bagi pengembangan dan kemajuan sebuah negara. Kebijakan politik luar negeri Iran terkait dengan krisis Nuklir, berhasil mengubah masalah ini menjadi simbol perjuangan rakyat Iran menentang hegemoni Barat. Krisis Nuklir menjadi ujian bagi rakyat dan pejabat pemerintahan Iran untuk mengukur seberapa besar tekad mereka membela kemandirian politik luar negeri negaranya.

Di tengah krisis dunia saat ini, buku ini serasa ramuan pengobatnya. Dengan resep kemandirian dan kedaulatan negara, Iran mampu menjadi contoh bagaimanakah sebuah negara memilih keluar dari krisis. Meskipun sebenarnya Buku ini bisa disebut sebagai buku biografi dari sang Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, dan buku sejarah negara Republik Islam Iran, namun model kepemimpinan dan kebijakan negara Iran bisa menjadi inspirasi negara lainnya. Buku ini seakan menyambut peralihan kekuasaan di AS terkait kebijakan luar negerinya di bawah pimpinan Presiden baru Barrack Obama.

Mustatho’, Koordinator MataPena Cendekia
Sekolah Tinggi Agama Islam Sengata (STAIS) Kutai Timur
Hp. 0815 7878 5376
Blog. http//.mustathok.blogspot.com
Email. tatok.m@gmail.com

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home