blog-resensi

Thursday, July 23, 2009

PETA POLITIK INDONESIA



DI BAWAH KUASA NEO-LIBERALISME

Judul Buku : Catatan Hitam 5 Presiden Indonesia (Sebuah Investigasi 1997-
2007).
Pengarang : Ishak Rafick
Penerbit : Ufuk Publishing House
Cetakan : I Januari 2008
Tebal Buku : 422 halaman
Harga : 99.900
Peresensi : Mustatho*)

Kenapa Indonesia begitu gusar dengan krisis keuangan dunia saat ini?. krisis yang dimulai dengan jatuhnya saham keuangan di Wall Street akibat kebangkrutan Lehman Brothers –bank investasi terbesar nomor empat di Amerika Serikat, menyebabkan runtuhnya kepercayaan investor secara drastis. Indeks Dow Jones terperosok di bawah kisaran 10.000, amat jauh dibawah level psikologisnya. Lalu apa hubungannya dengan perekonomian di Indonesia?

Secara teoritis, meskipun krisis keuangan Amerika dampaknya tidak bersifat langsung pada perekonomian di Indonesia, namun kewaspadaan pemerintah sangatlah beralasan. Indikasi jatuhnya harga saham di pasar modal dan melemahnya nilai tukar rupiah dapat ditelisik ke dalam bangunan sejarah ekonomi kita. Dari manakah konsep perekonomian yang menopang pembangunan bangsa ini?

Buku Catatan Hitam 5 Presiden Indonesia (Sebuah Investigasi 1997-2007) karya Ishak Rafick –seorang jurnalis senior ini, meskipun membahas beragam permasalahan kepemimpinan dan pembangunan bangsa Indonesia, tapi sangat jelas bahwa analisis Ishak bertitik tolak pada system perekonomian yang dijalankan oleh lima kepimpinan terakhir bangsa Indonesia. Sebagai catatan bahwa landasan perekonomian Indonesia sampai saat ini adalah hasil karya dari para sarjana Ph.D ekonomi didikan Amerika.

Apa yang ingin dikatakan oleh Ishak dalam bukunya adalah kaitan antara tradisi pemikiran ekonomi Indonesia dengan Amerika Serikat. Bahwa tradisi pembangunan di Indonesia sampai lima Presiden terakhirnya adalah tradisi yang sangat diwarnai dengan Negara, tempat sebagian besar ekonom Indonesia pernah belajar dan mempeoleh gelar. Mafia Barkeley, menjadi pemasok ide atas bangunan perekonomian Indonesia. Blunder besar bagi Negara Indonesia ini dimulai dari pemerintahan Soeharto yang menyerahkan desain ekonominya kepada ahli-ahli ekonomi didikan Amerika ini. Mereka inilah yang kemudian mewarnai system ekonomi Indonesia ala Amerika. Dengan mengimpor semua produk pemikiran ekonomi Amerika Serikat tanpa adanya crossing dengan berbagai school of thought ekonomi yang ada, guna menimbang kekuatan dan kelemahannya. Lahirlah kemudian kerjasama dengan IMF, lembaga donor dunia seperti Bank Dunia, dan badan-badan lainnya yang justru menjadi beban Indonesia saat ini.

Buku ini juga sekaligus koreksi atas sejumlah kemajuan dalam bidang ekonomi di Indonesia yang ternyata meninggalkan persoalan serius. Di era Orde Baru, Indonesia dapat dikatakan mengalami perbaikan ekonomi, namun di sisi lain kebijakan pembangunan Indonesia saat itu justru menguras energi masa depan bangsa. Eksploitasi besar-besaran sumber daya alam (Minyak bumi, hutan dan sumber enerdi lain) tidak diwaspadai dan tidak ada pengaturan yang tegas.

Negara Indonesia setelah Orde Baru kemudian sangat tertinggal dengan Negara Asia lain. Hal ini karena sikap mental para pemimpin warisan Orde sebelumnya. Tidak seperti pemimpin-pemimpin Asia lainnya seperti Goh Keng Swee dan Lee Kwan Ye (Singapura), Mahathir Muhammad dan Daim Zainudin (Malaysia), Park Chung Hee (Korea), ataupun Deng Xiao Ping / Jiang Zemin dan Zhu Rongji dari Cina yang memiliki mental dan sikap intelektual yang mandiri, Pemimpin Indonesia cenderung tidak memiliki mental dan sikap intelektual serta kepercayaan diri berhadapan dengan kebijakan-kebijakan Internasional. Pemimpin-pemimpin Indonesia secara mental dan sikap intelektual sangat menggantungkan diri pada belas kasihan dari pendonor hutang.

Investigasi Ishak secara detail menyuguhkan fakta adanya tarik menarik kepentingan dalam penyusunan kebijakan ekonomi, antara pemerintahan nasional dan kepentingan internasional. Sejak pemerintahan Habibie, Gus Dur, Megawati sampai SBY-Kalla saat ini. Sangat jelas bahwa kepentingan internasional “menggagahi” dan menentukan arah dan kebijakan ekonomi nasional, pada akhirnya peranan lembaga-lembaga Internasional seperti IMF dan Bank Dunialah yang menang dan menentukan arah serta kebijakan ekonomi Indonesia.

Pula melalui buku ini, para pembaca dapat menemukan berbagai penyimpangan dan kondisi real kebobrokan dari hampir semua sistem pemerintahan indonesia. Pada akhirnya, buku ini bisa disebut sebagai panduan dan bekal menata Indonesia ke depan. Fakta bahwa ada intrik-intrik internasional yang ikut bermain dalam penentuan kebijakan Negara kita dapat kita waspadai. Setidaknya membaca alur geraknya melalui buku ini. Buku ini sekaligus bisa dijadikan acuan dalam menilai kepemimpinan Indonesia 2009 nanti.

Mustatho
Email. tatok.m@gmail.com
Blog. http//mustathok.blogspot.com

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home